MyRaffaell Blog

demo

Menyikapi Kebohongan


Aku mau membahas masalah Kejujuran, tiba tiba saja aku tertarik dengan masalah ini, karena mungkin aku termasuk orang yang perfeksionis untuk hal kepercayaan dan kejujuran ini setelah aku fikir fikir ada sikap yang lebih dewasa bagai mana cara menghadapi orang yang telah merusak kepercayaan ini.

Pertama, kalau kita tanyakan ke diri sendiri, apa yang membuat orang tidak mempercayai seseorang ?.

Jawabanya pasti: karna orang itu telah berbohong, atau pasti kita tidak mengenal orang tersebut.

Secara otomatis kalau kita sudah merasa dibohongi, kepercayaan kita terhadap orang itu pasti akan berkurang, bahkan ada yang berubah menjadi benci, karena merasa dikhianati hingga itu akan berpengaruh buruk terhadap hubungan selanjutnya.

lantas, lalu apa yang terjadi kalau orang tersebut telah merusak kepercayaan itu ?

Ada 2 sikap untuk menanggapi hal ini.

**1. yang di bohongi

** Kamu harus percaya, kalau di dunia ini ngga ada yang pernah bisa jujur, setiap orang pasti pernah berbohong atas dirinya sendiri, apalagi dengan orang lain, yang harus kamu lakukan adalah “memberi kesempatan”.

Memberi kesempatan ini bukanlah sesuatu yang bisa di ukur berapa kali jumlah kesempatan itu, seberapa besar kesempatan itu, dan seberapa mudah kita memberi kesempatan itu ?, memberi kesempatan itu bergantung dari kebesaran hati masing masing, dan kita harus mengetahui dan menyadari, “bukan kita yang membangun kepercayaan kita terhadap seseorang”, namun “seseorang lah yang membangunya untuk kita” dan “seseorang juga yang menghancurkanya untuk kita”, jadi sudah sepatutnya kita untuk tidak merasa sakit hati, ya benar, untuk apa sakit hati ? sakit hati karna di khianati ? kenapa harus merasa seperti itu ? karna sudah sepatutnya karna perbuatan nya sendiri, dan sudah jalanya kalau kita jadi tidak mempercayainya.

Jadi yang harus dilakukan ?

  • Give a Chance….yup berilah kesempatan, karna memang hanya itu yang bisa kita lakukan
  • Tak perlu sakit hati, mengapa harus sakit hati, kalau kita fikirkan dalam dalam, yang membangun kepercayaan siapa ? dia kan, yang menhancurkanya siapa ? dia juga kan…..jadi, semua ini intinya karena sikap kita adalah efek dari sikap seseorang terhadap kita, kalau orang itu jujur dengan kita, baik, sehingga efeknya kita akan percaya terhadap orang itu, ya kan ? dan sebaliknya
  • Ingatkan, berbohong untuk suatu hal itu biasa, namun ingatkan, jika seseorang sudah berbohong karna hal yang sama ? maka ini yang harus di perhatikan, sebagai teman, kita harus mengingatkan, dan memberi kesempatan, sampai kapan ? jgn tanya ukuran sampai mana, karna kebesaran hatimu sendiri yang mampu menjawabnya.

2. yang membohongi

Mungkin kamu berbuat seperti itu ada alasanya, sebaiknya berikan alasan terbaik kamu untuk menjawab semua itu, dengan kejujuran tentunya, karna disaat kamu mulai dengan kejujuran setidaknya akan memperbesar hati orang yang telah kamu bohongi, untuk apa memilih alasan karna aku begini karna aku begitu, karna keadaanya ini karna keadaanya itu,

ingat, tujuanya disini adalah kalau kamu merasa menyesal dengan perbuatanmu.

ngga apa apa kalau kamu bilang “aku membohongi kamu karna uang” atau “aku membohongi kamu karna aku ingin kebebasan” mungkin bisa juga “aku membohongi kamu karna aku memang pembohong biadab, dan aku melakukanya untuk kesenanganku” mendengar itu, kalau aku yang menjadi orang yang di bohongi mungkin aku akan marah besar, eits….tp jgn salah, itu dulu, setelah aku fikir2, aku malah prihatin dengan orang yang seperti itu.

Yang harus kamu lakukan adalah:

  • Meminta maaf, sudah tentu, karna ini adalah perbuatan yang sportif, setidaknya dia akan menghargai kejujuran hati kamu, dan kebesaran hati kamu untuk mengakui kesalahan yang kamu lakukan, baik kmu sadari atau ngga kamu sadari.
  • Kepercayaan itu tidak hadir begitu saja di dalam diri seseorang, semuanya butuh proses, kalau kamu bisa membuat dia percaya kamu dari awal, kenapa tidak mulai lagi untuk membangun nya, karena kepercayaan itu berasal dari 2 tanganmu sendiri dan kamu bangun sendiri kepercayaan tersebut di dalam hati orang lain.
  • Jangan pernah tanya “kamu masih percaya aku” atau “kamu harus percaya sama aku” karna kata kata itu tak kan berarti apa apa bagi orang yang telah di bohongi, karna tidak ada gunanya,

    > kalimat itu hanya akan memberikan kamu 2 pilihan, jadi ini mau dilanjutkan atau ngga ? itu saja kan.

    Orang yang dalam kondisi seperti itu tidak akan peduli dengan apa yang kamu katakan, kalaupun disaat seperti kamu malah memaksa untuk memilih ?? percayalah, kamu akan menyesal mendengar keputusanya.

    Dan kalaupun kamu coba untuk tanyakan itu “pasti dia akan jawab ngga tau” ya karna memang sejujurnya dia ngga tau, apakah dia percaya kamu atau ngga ? satu satunya cara,

    Yakinkan dia, jangan berikan dia pilihan

    Untuk meyakinkan seseorang butuh kesabaran dan kebesaran hati,

  • Jangan ragu untuk membangun kepercayaan dari awal, walaupun sepertinya dia membenci kita, ngga ada salahnya kalau kita tetap membangun kepercayaan itu, Caranya gimana ??

    he he he, pikir sendiri caranya gimana, karna ada beribu cara yang bisa dilakukan tampa harus berbohong

  • Seseorang bisa percaya sama kamu itu karna dari efek sikap kamu terhadap orang itu, kalau kamu semaunya aja, ya orang itu juga akan mempercayai kamu semaunya dia juga, kalau yang kamu berikan itu belum cukup, ya karna memang belum cukup membuat dia percaya ? ya kan, orang yang kamu bohongi itu seperti raja, kamu harus menyentuh hatinya agar dia mengizinkan kamu untuk membangun kembali kepercayaanya terhadap kamu, jadi kalau memang kamu berniat untuk memperbaiki kesalahan kamu, mulai lah dan lakukanlah.

ingat, kamu ngga bisa menuntut seseorang harus mempercayai kamu, kamu boleh bilang “kalau tidak percaya ya sudah” tapi percayalah, itu ngga akan menyelesaikan permasalahan kamu, lebih baik bilang sejujurnya “oh iya, aku lupa, maaf yah” atau “ah aku terlalu asik bermain main sampai sampai aku lupa” daripada menggunakan kalimat ketus yang menyelesaikan masalah dalam waktu singkat namun tidak baik.

Smoga ini bisa membantu

comments powered by Disqus